DNS (Domain Name System) atau Sistem Penamaan Domain adalah sebuah
sistem yang menyimpan informasi tentang nama host
maupun nama domain dalam bentuk basis data tersebar
(distributed database) di dalam
jaringan computer.
Server dalah sebuah perangkat lunak server yang berfungsi menerima permintaan HTTP atau HTTPS dari klien yang dikenal dengan browser web dan mengirimkan kembali hasilnya dalam bentuk halaman-halaman web yang umumnya berbentuk dokumen HTML.
Jadi DNS Server adalah
Server yang berfungsi menangani translasi penamaan host -host kedalam ip
address, begitu juga sebaliknya dalam menangani translate dari ip address ke
hostname.
Di
dunia nyata, user tidak berhadapan langsung dengan DNS resolver - mereka
berhadapan dengan program seperti web brower (Mozilla Firefox, Safari, Opera,
Internet Explorer, Netscape, Konqueror dan lain-lain dan klien mail (Outlook
Express, Mozilla Thunderbird dan lain-lain). Ketika user melakukan aktivitas
yang meminta pencarian DNS (umumnya, nyaris semua aktivitas yang menggunakan
Internet), program tersebut mengirimkan permintaan ke DNS Resolver yang ada di dalam
sistem operasi. DNS resolver akan selalu memiliki cache yang memiliki isi
pencarian terakhir. Jika cache dapat memberikan jawaban kepada permintaan DNS,
resolver akan menggunakan nilai yang ada di dalam cache kepada program yang
memerlukan.
Kalau
cache tidak memiliki jawabannya, resolver akan mengirimkan permintaan ke server
DNS tertentu. Untuk kebanyakan pengguna di rumah, Internet Service
Provider(ISP) yang menghubungkan computer tersebut biasanya akan menyediakan
server DNS: pengguna tersebut akan mendata alamat server secara manual atau
menggunakan DHCP untuk melakukan pendataan tersebut. Jika administrator sistem
telah mengkonfigurasi sistem untuk menggunakan server DNS mereka sendiri, DNS
resolver umumnya akan mengacu ke server
nama mereka. Server nama ini akan mengikuti proses yang disebutkan di Teori
DNS, baik mereka menemukan jawabannya maupun tidak. Hasil pencarian akan
diberikan kepada DNS resolver; diasumsikan telah ditemukan jawaban, resolver
akan menyimpan hasilnya di cache untuk penggunaan berikutnya, dan memberikan
hasilnya kepada software yang meminta pencarian DNS tersebut. Sebagai bagian
akhir dari kerumitan ini, beberapa aplikasi seperti web browser juga memiliki
DNS cache mereka sendiri, tujuannya adalah untuk mengurangi penggunaan
referensi DNS resolver, yang akan meningkatkan kesulitan untuk melakukan debug
DNS, yang menimbulkan kerancuan data yang lebih akurat. Cache seperti ini
umumnya memiliki masa yang singkat dalam hitungan 1 menit.
Misalkan
saja kita browsing di warnet, dan akan menghubungi www.google.com .Rangkaian
proses yang akan dijalankannya adalah sebagai berikut:
1. 1. PC
kita mengontak Server DNS lokal (biasanya terletak pada jaringan ISP) untuk
menanyakan IP Address www.google.com .
2. 2.Server
DNS lokal akan melihat ke dalam cache-nya .
3. 3.Jika
data itu terdapat di dalam cache server DNS server lokal, maka server tersebut
akan memberikan alamat IP tersebut ke Browser. Jika tidak, maka server tersebut
mengontak server DNS di atasnya (biasanya disebut Root DNS server) untuk mengetahui
alamat IP dari DNS server yang mengelola domain www.google.com.
4. 4.Jika
domain www.google.com benar-benar exist, maka Root DNS akan mendapatkan alamat
IP server DNSwww.google.com,kemudian alamat dikirim ke server DNS lokal kita.
5. 5. Server
DNS lokal akan mengontak Server DNS www.google.com untuk menanyakan alamat IP
dari www.google.com , dan Server DNS www.google.com memberikan data alamat IP www.google.com
6. 6. Server
DNS lokal memberitahu alamat IP untuk www.google.com kepada Browser/Client (PC
kita).
7. 7. Kemudian
kita menggunakan alamat itu untuk diisikan ke dalam IP Packet untuk menghubungi
www.google.com .
No comments:
Post a Comment